24.Sebab Sebab Memudahkan Bangun Malam

AlhafizNet

BAB KEDUA: Tentang sebab-sebab yang memudahkan untuk bangun malam, tentang malam-malam yang disunatkan menghidupkannya, tentang keutamaan menghidupkan malam dengan ibadah, tentang waktu diantara Maghrib dan 'Isya dan tentang cara membagi malam.

Keutamaan menghidupkan waktu diantara Maghrib dan 'Isya':

Bersabda Nabiصلى الله عليه وسلم  menurut apa yang diriwayatkan oleh 'Aisyah r.a.: ''Yang terutama dari shalat-shalat pada sisi Allah ialah shalat Maghrib, dimana tidak dikuranginya pada orang musafir dan pada orang mukim. DibukakanNya dengan shalat Maghrib itu akan shalat malam dan ditutup-kanNya dengan shalat maghrib itu akan shalat siang. Maka barangsiapa bershalat Maghrib dan bershalat dua raka'at sesudahnya, niscaya dibangun oleh Allah baginya, dua istana dalam sorga". (1).

Berkata orang yang merawikan hadits ini: "Saya tidak tahu istana itu, dari pada emas atau perak". "Dan barang siapa bershalat sesudah Maghrib, empat raka'at, niscaya diampunkan dosanya duapuluh tahun" - atau dia bersabda: "empatpuluh tahun".
Diriwayatkan oleh Ummi Salmah dan Abu Hurairah r.a. daripada Nabi صلى الله عليه وسلم  bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم  bersabda: "Barang siapa mengerjakan shalat enam raka'at sesudah Maghrib, niscaya disamakan baginya dengan ibadah setahun penuh atau seolah-olah ia mengerjakan shalat pada malam Laila-tu'lqadar". (2).
Dari Sa'id bin Jubair dan dia menerima dari Tsauban, yang mengatakan bahwa Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم  bersabda: "Barang siapa beri'tikaf diantara Maghrib dan 'Isya' dalam masjid tempat bershalat jama'ah, dimana ia tidak berkata-kata, selain dengan shalat atau membaca Al-Qur'an, niscaya ber-haklah ia pada Allah untuk dibangun baginya dua istana dalam sorga. Dan jauh perjalanan -dari masing-masing kedua istana itu, seratus tahun. Dan ditanamkan untuknya diantara kedua istana itu tanaman. Kalau sekiranya dikelilingi oleh penduduk dunia niscaya termuatlah mereka semua-nya". (3).

Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم  "Barang siapa mengerjakan shalat sepuluh raka'at diantara Maghrib dan 'Isya' niscaya didirikan oleh Allah untuknya suatu istana dalam sorga".
Lalu Umar r.a. menyahut: "Jadi, banyaklah istana kita, wahai Rasulu'llah!"
Menjawab Nabi صلى الله عليه وسلم : "Bagi Allah adalah lebih banyak dan lebih utama" — atau Nabi صلى الله عليه وسلم  mengatakan: "lebih baik". Dan dari Anas bin Malik

1.Dirawikan Abul-walid Yunus bin 'Ubaidillah, isnad dlaif.
2.Dirawikan At-Tirmidzi dan Ibnu Majah.
3.Menurut Al-lraqi, beliau tidak sekali-kali menjumpai hadits tersebut.

r.a., dimana ia berkata: "Bersabda Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم : "Barang siapa mengerjakan shalat Maghrib dengan berjama'ah, kemudian sesudah  lalu mengerjakan shalat dua raka'at dan tiada berkata-kata dengan sesuatu  diantara yang demikian itu, tentang urusan duniawi, dimana dibacanya pada raka'at pertama surat Al-Fatihah, sepuluh ayat dari permulaan surat Al-Baqarah. dua ayat dari pertengahannya dan: Wa ilaahukum ilaahun waahidun laa ilaaha illaa hua'rrahmaanurrahiim. inna fii khalqi'ssamaawaati wal-ardli - sampai kepada akhir ayat dan Qul hua'llaa-hu ahad lima belas kali,, kemudian ia ruku' dan sujud. Maka apabila ia telah berdiri pada raka'at kedua, maka dibacanya surat Al-Fatihah, ayat Al-Kursiyyi dan dua ayat sesudahnya, sampai kepada firmanNya: "Ulaaika ash-haabu'nnaar, hum fiihaa khaaliduun — dan tiga ayat dari akhir surat Al-Baqarah, dari firmanNya: "Li'llaahi maa fi'ssamaawaati wamaa fil-ardli, sampai kepada akhir ayat. Dan Qul hua'llaahu ahad lima belas kali", dimana Nabi صلى الله عليه وسلم menyifatkan pahalanya pada hadits itu. diluar dari hinggaan.

Berkata Karaz bin Wabrach - dia itu sebahagian dari Abdal (Wali Allah yang datang ganti berganti) —: "Aku berkata kepada Nabi Khidir a.s.: "Ajarilah aku akan sesuatu yang akan aku kerjakan pada tiap-tiap malam!" Menjawab Nabi Khidir a.s: "Apabila engkau telah mengerjakan shalat Maghrib, maka bangunlah sampai kepada waktu shalat 'Isya, mengerjakan shalat tanpa berkata-kata dengan seseorang. Dan hadapilah shalatmu itu, dimana engkau didalamnya. Berilah salam pada tiap-tiap dua raka'at. Bacalah pada tiap-tiap raka'at, surat Al-Fatihah sekali dan Qul  hual'laahu ahad, tiga kali. Apabila engkau telah selesai dari shalat itu, pulanglah kerumahmu. Dan janganlah bercakap-cakap dengan seseorang! Dan bershalatlah dua raka'at! Bacalah surat Al-Fatihah dan Qul hua'llaahu ahad — tujuh kali pada tiap-tiap raka'at. Kemudian sujud-lah sesudah membaca salam kepada Nabi صلى الله عليه وسلم  Dan bacalah istighfar (meminta ampun) pada Allah Ta'ala tujuh kali. Dan bacalah: Subhaana-llaah wa'lhamdulillaah; wa laa ilaaha i'l-lallaah, wa'llaahu akbar, wa laa haula wa laa qu'w wata i'llaa bi'Naahi'l-'aliyyil-'adhiim" tujuh kali! Kemudian angkatkan kepalamu dari sujud dan duduklah dengan lurus, angkat-kan kedua tanganmu dan bacakan:
يا حي يا قيوم يا ذا الجلال والإكرام يا إله الأولين والآخرين يا رحمن الدنيا والآخرة ورحيمهما يا رب يا رب يا رب يا الله يا الله يا الله (Yaa ha'yyu yaa qa'yyuum! Ya dzal-jalaali wa'l-ikraam! Yaa ilaaha'l-awwaliin, wa'l-aakhiriin, yaa rahmaana' ddun-ya, wal-aakhirah, wa rahii-mahumaa! Yaa ra'bbu, yaa ra'bbu, yaa ra'bbu, yaa Allah, yaa Allah, ya Allaah)Artinya: wahai yang hidup,wahai yang berdiri sendiri, wahai yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan ,Wahai Tuhan bagi mereka yang dahulu dan mereka  yang kemudian! Wahai Yang Maha pengasih bagi dunia dan akhirat dan maha penyayang bagi keduanya.Wahai tuhan,wahai tuhan, wahai tuhan ! Wahai Allah, wahai Allah, wahai  Allah!"

Kemudian bangunlah dimana engkau mengangkatkan kedua tangan dan berdoalah dengan do'a tadi. Kemudian tidurlah, dimana engkau kehendaki, diatas. rusuk kanan, dengan menghadap qiblat! Dan berselawatlah kepada Nabi صلى الله عليه وسلم! Dan teruslah berselawat kepadanya, sehingga engkau dibawa tidur berjalan!".

Maka aku berkata kepada Khidir a.s.: "Aku ingin engkau meinberi-tahu-kan kepadaku, dari siapakah engkau mendengar ini?" Menjawab Khidir a.s.: "Sesungguhnya aku datang kepada Muhammad صلى الله عليه وسلم  dimana dia diajarkan do'a ini dan diwahyukan kepadanya. Maka adalah aku disisinya. Yang demikian itu, adalah dengan kehadiranku. Lalu aku pelajari dari siapa, yang mengajarkan do'a itu, kepada Muhammad صلى الله عليه وسلم ".
Dikatakan, bahwa do'a dan shalat ini, bagi barangsiapa yang selalu mengerjakannya dengan keyakinan yang baik dan niat yang benar, niscaya akan bermimpi berjumpa dengan Rasulu'llahصلى الله عليه وسلم  sebelum ia keluar (meninggal) dunia. Dan telah dikerjakan yang demikian oleh sebahagian manusia. Lalu ia bermimpi dimasukkan kedalam sorga. Dan ia melihat dalam sorga itu nabi-nabi. Ia melihat Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم  didalamnya dan bercakap-cakap dengan dia dan mengajarinya.
Kesimpulannya, bahwa apa yang dinukilkan tentang keutamaan menghidupkan malam dengan amalan, diantara Maghrib dan 'Isya', adalah banyak. Sehingga ditanyakan kepada ubaidi'llah bekas budak Nabi صلى الله عليه وسلم : "Adakah Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم  menyuruh shalat yang tidak fardlu?" 'Ubaidi'llah menjawab: "Ada, yaitu diantara Maghrib dan 'Isya, dimana Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:
من صلى ما بين المغرب والعشاء تلكصلاة الأوابين حديث من صلى ما بين المغرب والعشاء فذلك صلاة الأوابين
(Man shallaa maa bainal-maghribi wal-isyaa-i-fa dzaalika shalaatul-awwaa-biin).
Artinya: "Barangsiapa mengerjakan shalat diantara Maghrib dan Isya, maka itu adalah shalat orang-orang yang bertobat kepada Tuhan". (1). Berkata Al-Aswad: "Bila aku datangi Ibnu Mas'ud r.a. pada waktu ini (antara Maghrib dan 'Isya), maka aku melihat dia mengerjakan shalat. Lalu aku tanyakan, maka ia menjawab: "Ya, itu adalah sa'at orang-orang yang lalai!"
Adalah Anas r.a. rajin mengerjakannya dan mengatakan: "Itu adalah shalat dimalam hari!" — seraya mengatakan: "Tentang shalat itu, telah turun

1. Telah diterangkan dahulu hadits ini pada shalat.

Firman Allah Ta'ala:
تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ
(Tatajaafaa junuubuhum 'ani'l-madlaaji) - S. As-Sajadah, ayat 16 -Artinya: "Mereka meninggalkan tempat tidurnya".
Berkata Ahmad bin AbiTHawari: "Aku bertanya kepada Abi Sulaiman Ad-Darani: "Aku berpuasa siang hari dan makan malam diantara Maghrib dan 'Isya. Apakah itu lebih engkau sukai atau aku berbuka siang (tidak berpuasa) dan menghidupkan malam dengan shalat diantara Maghrib dan 'Isya?"
Abi Sulaiman Ad-Darani menjawab: "Kumpulkan diantara keduanya!" Maka aku bertanya: Kalau sukar?"
Beliau menjawab: "Berbukalah dan kerjakanlah shalat diantara keduanya!"

KEUTAMAAN: bangun malam (dengan mengerjakan shalat).
Adapun dari ayat, maka firman Allah Ta'ala: "Sesungguhnya Tuhan engkau itu mengetahui, bahwa engkau berdiri (mengerjakan shalat) kurang dari dua pertiga malam........, sampai akhir ayat 20, dari surat Al-Muzzamil. Dan firman Allah Ta'ala: "Sesungguhnya bangun (mengerjakan shalat) dimalam hari itu, lebih memperkuat (jiwa) dan lebih betul bacaan-nya". Surat Al-Muzzammil, ayat 6.

Dan firman Allah Ta'ala: "Mereka meninggalkan tempat tidurnya".Surat As-Sajadah, ayat 16. Dan firman Allah Ta'ala: "Apakah orang yang patuh menjalankan kewajibannya selama - beberapa waktu pada malam hari ......." sampai akhir ayat 9, surat Az-Zumar.
Dan firman Allah Ta'ala: "Dan mereka yang pada malam hari menyembah Tuhan, sujud dan berdiri". - S. Al-Furqan, ayat 64. Dan firman Allah Ta'ala: "Dan usahakanlah pertolongan dengan bersifat sabar-dan mengerjakan shalat". - S. Al-Baqarah, ayat 45. Ada yang mengatakan, bahwa yang dimaksud dengan shalat tadi, ialah: bangun malam, dimana dengan pertolongan kesabaran, untuk bermujahadah, (melawan) hawa-nafsu,

Dari hadits, ialah sabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Diikat oleh setan diatas kuduk seseorang kamu, apabila ia tidur, tiga ikatan. Dan setan itu memukul tempat tiap-tiap ikatan tadi padamu sepanjang malam, lalu tertidurlah kamu. Kalau terbangun dan berdzikir kepada Allah Ta'ala, niscaya terbukalah suatu ikatan. Kalau berwudlu', niscaya terbukalah suatu ikatan. Dan kalau mengerjakan shalat, niscaya terbukalah suatu ikatan. Sehingga ia menjadi rajin dan baik jiwanya. Kalau tidak yang demikian, niscaya menjadi keji jiwanya dan malas". (1).
Dan pada suatu hadits, tersebut: "Sesungguhnya diterangkan kepada Nabi صلى الله عليه وسلم  tentang seorang laki-laki yang tidur sepanjang malam sampai Shubuh. Lalu Nabi صلى الله عليه وسلم menjawab: "Itulah orang yang telah dikencingi setan pada telinganya". (2).

Dan pada suatu hadits, tersebut: "Bahwa setan itu, mempunyai semacam obat yang dituangkan kedalam hidung (sa'uth) dan semacam benda yang diambil dengan sendok (la'uq), serta semacam obat yang dituangkan kedalam mata atau luka (dzarur). Maka apabila setan itu menuangkan sa'uth kepada seorang hamba, niscaya buruklah kelakuannya. Dan apabila setan itu meletakan la'uq pada seorang hamba, niscaya lancarlah lidahnya dengan kejahatan. Dan apabila setan itu menghamburkan dzarur, niscaya tertidurlah hamba iiu sepanjang malam, sampai datang waktu Shubuh".(3).

Nabi صلى الله عليه وسلم. bersabda: "Dua raka'at yang dikerjakan oleh hamba pada waktu tengah malam, adalah lebih baik baginya dari dunia dan isinya. Dan kalaulah tidak memberi kesukaran kepada umatku, niscaya aku wajibkan kedua raka'at itu atas mereka". (4).

Dan pada suatu hadiis shahih dari Jabir, bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم. bersabda: "Sesungguhnya pada malam itu ada suatu sa'at, dimana berkebetulan seorang hamba muslim, meminta pada Allah Ta'ala akan kebajikan, pada sa'at itu, niscaya dianugerahiNya". Dan pada suatu riwayat: "ia meminta pada Allah Ta'ala akan kebajikan dunia dan akhirat. Dan itu adalah pada tiap-tiap malam".
Berkata Al-Mughirah bin Sya'bah: "Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم. bangun pada tiap-tiap malam mengerjakan shalat, sehingga melelahkan kedua kakinya, lalu orang bertanya kepadanya: "Bukankah Allah Ta'ala telah mengampunkan dosamu yang terdahulu dan yang terkemudian?" Nabi صلى الله عليه وسلم. menjawab: "Apa, tidakkah aku ini hamba yang mensyukuri akan ni'mat?" (5).

Dan nyatalah dari pengertian ini, bahwa yang demikian tadi merupakan kinajah daripada bertambah tingginya kedudukan. Karena mensyukuri nikmat itu, menjadi sebab bertambahnya. Allah Ta'ala berfirman:
 لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأزِيدَنَّكُمْ
(La in syakar-tum la-azii-danna-kum).

1.Dirawikan Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah.
2.Dirawikan Al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas'ud.
3.Dirawikan Ath-Thabrani dan Anas.
4.Diantara perawi hadits ini, Adam bin Abi Ayyas dari Hasan bin Athiyyah, hadits mursal.
5.Dirawikan Al-Bukhari dan Muslim

Artinya: "Kalau kamu bersyukur, sudah tentu Aku akan menambahkan kepadamu". — S. Ibrahim, ayat 7. Nabi صلى الله عليه وسلم. bersabda: "Wahai Abu Hurairah! Maukah engkau supaya nikmat Allah berada padamu, diwaktu kamu hidup dan mati, didalam kubur dan waktu dibangkitkan? Bangunlah pada malam, lalu kerjakan shalat! Engkau mau akan kerelaan Tuhanmu, wahai Abu Hurairah? Kerjakanlah shalat disudut rumahmu, niscaya rumahmu dilangit, seperti cahaya bintang beredar dan bintang tetap pada penduduk dunia". (1).

Nabi صلى الله عليه وسلم. bersabda: "Haruslah kamu bangun malam, karena itu adalah kebiasaan orang-orang shalih sebelum kamu! Sesungguhnya bangun malam, adalah mendekatkan diri kepada Allah 'Azza wa Jalla, menutupkan segala dosa, menghilangkan penyakit pada tubuh dan mencegah daripada dosa". (2).

Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم: 'Tiadalah seseorang yang mempunyai shalat malam, laJu dikerasi oleh tidur, melainkan dituliskan baginya pahala shalatnya. Dan tidurnya itu adalah sedekah baginya". (3).

Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم kepada Abu Dzar: "Kalau engkau bermaksud musa-fir, supaya menyediakan alat-alatnya". Abu Dzar menjawab: "Ya, benar!"

Lalu Nabi صلى الله عليه وسلم menyambung: "Maka bagaimanakah berjalan kejalan kiamat? Tidakkah aku beritahukan kepadamu, wahai Abu Dzar, dengan apa yang bermanfa'at bagimu pada hari itu?" "Benar, demi ayah dan ibuku!", sahut Abu Dzar.

Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم "Berpuasalah pada hari yang sangat panas, untuk hari kebangkitan! Kerjakanlah shalat dua raka'at dalam kegelapan malam, untuk kesuraman kubur! Tunaikanlah ibadah hajji sekali untuk urusan-urusan besar! Bersedekahlah dengan sesuatu sedekah kepada orang miskin atau dengan perkataan benar yang engkau ucapkan atau perkataan jahat yang engkau diamkan mengatakannya!" (4).

Diriwayatkan: "Bahwa, pada masa Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم. ada seorang laki-laki. Apabila menusia lain pergi tidur dan mata telah tenang tenteram didalam ketiduran, lalu ia bangun mengerjakan shalat dan membaca Al-Qur'an, seraya mendo'a:

1.Menurut Al-lraqi, hadits ini batil, tak mempunyai dasar.
2.Dirawikan At-Tirmidzi dari Bilal, hadits gharib.
3.Dirawikan Abu Dawud dan An-Nasa-i dari 'Aisyah dan ada pada isnadnya, seorang yang tak disebut namanya.
4.Dirawikan Ibnu Abid-dun-ya, hadits mursal.

يا رب النار أجرني منها
(Yaa ra'bba'nnaar, ajirnii minhaa!)Artinya: "Wahai Tuhan yang mempunyai neraka, lepaskanlah aku daripadanya!" Lalu diceriterakannya yang demikian itu kepada Nabiصلى الله عليه وسلم. Maka Nabi menjawab: "Apabila ada yang demikian, maka beritahukanlah kepadaku!"
Lalu orang itu datang kepada Nabi صلى الله عليه وسلم. maka Nabi mendengar sendiri daripadanya. Ketika datang waktu Subuh, lalu Nabi صلى الله عليه وسلم. -bersabda: "Hai Anu! Mengapakah tidak engkau minta sorga pada Allah?" Orang itu menjawab: "Wahai Rasulu'llah! Sesungguhnya aku tidaklah disitu dan tidak sampailah amalanku kesana, dimana amalanku hanya sedikit saja". Maka turunlah Jibril a.s. lalu berkata kepada Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Katakanlah kepada si Anu, bahwa Allah Ta'ala telah melepaskannya dari neraka dan memasukkannya kedalam sorga". (1). Diriwayatkan bahwa Jibril a.s. berkata kepada Nabi صلى الله عليه وسلم.: Orarrg yang baik, ialah Ibnu 'Umar, kalau ia ada mengerjakan shalat malam!" Lalu diceriterakan oleh Nabi صلى الله عليه وسلم. yang demikian itu kepada Ibnu 'Umar. Sehingga sesudah itu, maka terus-meneruslah Ibnu Umar bangun mengerjakan shalat malam" (2).
Nafi' menceriterakan, bahwa Ibnu 'Umar itu mengerjakan shalat malam, kemudian bertanya: "Hai Nafi'! Apakah kita sudah waktu sahur?" Lalu aku menjawab - kata Nafi': "Belum!"
Maka Ibnu 'Umar terus bangun mengerjakan shalatnya. Kemudian ia bertanya lagi: "Hai Nafi'! Apakah kita sudah waktu sahur?" Maka aku menjawab: "Ya!" Lalu ia duduk, membaca istighfar (memohonkan ampun) pada Allah Ta'ala, sampai terbit fajar".

Ali bin Abi Thalib berceritera: "Nabi Yahya bin Zakaria a.s. telah kenyang dengan roti sya'ir (biji sya'ir adalah hampir sama dengan padi ), lalu ia tertidur dari wiridnya, sehingga datang waktu Shubuh. Maka diwahyukan oleh Allah Ta'ala kepadanya: "Wahai Yahya! Adakah engkau memperoleh rumah yang lebih baik dari rumahKu atau engkau memperoleh tetangga yang lebih baik dari tetanggaKu? Maka demi kemuliaan dan keagunganKu, wahai Yahya! Jikalau engkau menoleh kesorga Firdaus sekali saja, niscaya cairlah benakmu dan hancurlah dirimu karena rindu kepadanya. Dan jikalau engkau menoleh keneraka Jahanam sekali saja, niscaya cairlah benakmu dan menangislah engkau dengan air mata darah sesudah air mata dan engkau berpakaian kulit sesudah pakaian bulu". Diceriterakan kepada Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم.: "Bahwa si Anu mengerjakan shalat dimalam hari. Apabila datang waktu pagi, ia mencuri. Lalu Nabi صلى الله عليه وسلم. menjawab: "Akan dilarang dia oleh amalan yang dikerjakannya".(3).

1.Menurut Al-lraqi, hadits ini tak punya dasar.
2.Dirawikan Al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu 'Umar.
3.Dirawikan Ibnu Hibban dari Abu Hurairah.

Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda: "Diberi rahmat oleh Allah akan laki-laki yang bangun malam, lalu mengerjakan shalat. Kemudian dibangunkannya isterinya, lalu mengerjakan shalat pula. Kalau isterinya itu enggan, niscaya disiraminya air pada mukanya". (1).
Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda: "Diberi rahmat oleh Allah akan wanita yang bangun malam, lalu mengerjakan shalat. Kemudian dibangunkannya suaminya, lalu mengerjakan shalat pula. Kalau suaminya itu enggan, niscaya disiraminya air pada mukanya".
Nabi صلى الله عليه وسلم. bersabda: "Barangsiapa bangun malam dan membangunkan isterinya, lalu keduanya mengerjakan shalat dua raka'at, niscaya keduanya dituliskan diantara orang-orang yang banyak mengingati (berdzikir) akan Allah, dari golongan laki-laki dan golongan wanita". (2). 

Nabi صلى الله عليه وسلم. bersabda:
أفضل الصلاة بعد المكتوبة قيام الليل
(Afdlalush-shalaati ba'dal-maktuubati qiaamul-lail).
Artinya: "Shalat yang terutama sesudah shalat fardlu, ialah shalat diwaktu malam (qiamu'I-lail)". (3).

Umar bin Al-Khatthab r.a. berkata: 'Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم :"Barangsiapa tidur, dengan meninggalkan sebahagian dari Al-Quran atau sesuatu daripadanya pada malam hari, lalu dibacanya diantara shalat Shubuh dan shalat Dhuhur, niscaya dituliskan baginya, seolah-olah dibacanya dimalam hari".

Dari a t s a r (kata-kata shahabat), diriwayatkan, bahwa 'Umar r.a. pergi berjalan dengan membaca ayat dari wiridnya dimalam hari, lalu ia jatuh. Sehingga 'Umar r.a. itu dikunjungi beberapa hari, sebagaimana dikunjungi orang sakit. Adalah Ibnu Mas'ud r.a. apabila telah tenang segala mata (orang sudah tidur), lalu bangun. Maka terdengarlah daripadanya suara seperti bunyi lebah, sampai datang waktu Shubuh. Ada yang mence-riterakan, bahwa Sufyan Ats-Tsuri r.a. pada suatu malam kenyang makan, lalu mengatakan: "Bahwa keledai itu apabila ditambah umpannya, niscaya ditambah kerjanya. Maka bangunlah ia pada malam itu, mengerjakan ibadah , sampai datang waktu Shubuh.

Adalah Thaus r.a. apabila tidur ditikar peraduannya, merasa tergoreng, seperti tergoreng biji-bijian diatas kuali. Kemudian, ia melompat dan mengerjakan shalat, sampai kepada waktu pagi. Kemudian ia berkata: "Diterbangkan oleh ingatan neraka Jahannam, akan tidur orang-orang 'abid"

1. Dirawikan Abu Dawud dari Abu Hurairah.
2.Dirawikan Abu Dawud dan An-Nasa-i dari Abu Hurairah.
3.Dirawikan Muslim dari Abu Hurairah.

Berkata Al-Hasan r.a.: 'Tiadalah kami ketahui suatu amalan, yang lebih sulit daripada menanggung kesusahan malam (1). dan membelanjakan harta ini" (2).
Lalu ditanyakan kepadanya: "Apakah halnya orang-orang yang bershalat tahajjud, menjadi manusia, yang terbagus wajahnya?" Al-Hasan menjawab: "Karena mereka itu berkhilwah dengan Yang Mahapengasih. Lalu diberikanNya mereka pakaian dengan nur dari NurNya?" Datang sebahagian orang-orang shalih dari perjalanan jauh, lalu disediakan baginya tempat tidur, maka tidurlah ia, sampai luput wiridnya. Lalu ia bersumpah, bahwa ia tidak akan tidur lagi sesudah itu diatas tempat tidur selama-lamanya.

Adalah Abdul-'aziz bin Abi Rawwad, apabila datang malam, lalu mendatangi tempat tidurnya dan melalukan tangannya diatas tempat tidur itu, seraya berkata: "Engkau sungguhiah empuk dan demi Allah, sesungguhnya dalam sorga, adalah lebih empuk daripada engkau!" Dan senantiasalah ia mengerjakan shalat malam seluruhnya.

Berkata Al-Fudlail: "Sesungguhnya aku menghadapi malam dari permulaannya. maka amatlah menyusahkan aku oleh karena lamanya. Lalu aku memulai membaca Al-Qur'an sehingga datang waktu Shubuh dan tidaklah aku laksanakan hajatku".

Berkata Al-Hasan: "Sesungguhnya seseorang yang akan berbuat sesuatu dosa, maka haramlah dengan sebabnya itu, bangun malam". Berkata Al-Fudlail: "Apabila engkau tidak sanggup bangun malam dan puasa siang, maka ketahuilah, sesungguhnya engkau itu diharamkan dari pahala. Dan sesungguhnya telah banyak kesalahan engkau". Adalah Shilah bin Asyim r.a. mengerjakan shalat malam seluruhnya. Maka apabila ia berada pada waktu sahur, lalu ia mendo'a: "Wahai Tuhanku! Tiadalah yang seperti aku. mencari sorga. Tetapi lepaskanlah aku dengan rahmatMu dari neraka".

Berkata seorang laki-laki kepada sebahagian ahli ilmu hikmat (al-hukama'): "Sesungguhnya aku ini amat lemah daripada bangun malam". Maka berkatalah hukuma' tadi kepadanya: "Wahai saudaraku, janganlah engkau mengerjakan ma'siat diwaktu siang dan janganlah engkau bangun diwaktu malam!"

Al-Hasan bin Shalih mempunyai seorang budak perempuan, maka dijual-nya kepada suatu kaum. Tatkala malam, bangunlah budak wanita itu, seraya berseru: "Wahai penduduk kampung ini! Marilah shalat! Marilah shalat!"

Maka penduduk kampung itu bertanya: "Apakah kita telah berada diwaktu Shubuh? Apakah sudah terbit fajar?"

Lalu budak itu menyambung: "Apakah tuan-tuan tidak mengerjakan, kecuali shalat fardlu saja?" Mereka itu menjawab: "Ya!"
Maka -budak wanita itu kembali kepada Al-Hasan, seraya berkata: "Wahai tuanku! Dijualkan aku ini kepada kaum yang tidak mengerjakan, selain dari shalat fardlu saja. Ambil kembalilah aku!" Lalu Al-Hasan mengambil ia kembali.

1.Maksudnya: mengerjakan shalat pada malam.
2.Maksudnya: membelanjakannya pada jalan kebajikan.

Berkata Ar-Rabi': "Aku bermalam dirumah Asy-Syafi'i r.a. beberapa malam yang banyak. Maka tidaklah Asy-Syafi'i itu tidur malam, kecuali sedikit sekali".

Berkata Abul-Juairiah: "Aku telah menemani Abu Hanifah r.a. selama enam bulan. Maka tidak semalampun dalam masa enam bulan itu, ia meletakkan lembungnya diatas lantai.


Adalah Abu Hanifah menghidupkan setengah malam, maka berjalanlah ia pada suatu kaum, lalu kaum itu mengatakan: "Bahwa orang ini (Abu Hanifah) menghidupkan malam seluruhnya. Maka berkatalah Abu Hanifah: "Sesungguhnya aku merasa malu, bahwa aku disebutkan dengan apa yang tidak aku kerjakan". Maka sesudah itu, Abu Hanifah menghidupkan malam seluruhnya. Dan diriwayatkan, bahwa tak ada baginya tempat tidur dimalam hari. Diceriterakan orang, bahwa Malik bin Dinar r.a. senantiasa mengulang-ulangi ayat berikut ini semalam-malaman, sampai datang waktu Shubuh. Yaitu:

أم حسب الذين اجترحوا السيئات أن نجعلهم كالذين آمنوا وعملوا الصالحات
(Am hasiballadziinaj-tarahus-sayyiaati an naj'alahum kal-ladziina aamanuu wa 'amilush-shaalihaat).Artinya: "Adakah orang-orang yang membuat kesalahan itu mengira, bahwa mereka akan Kami samakan dengan orang-orang yang beriman dan mengerjakan perbuatan baik........."sampai habis ayat 21, S. Af-Jatsiyah.

Berkata Al-Mughirah bin Habib: "Aku perhatikan Malik bin Dinar, ia berwudlu' sesudah 'Isya'. Kemudian, ia bangun ketempat shalat (mushala) lalu menggemgamkan janggutnya dan berhamburanlah air matanya, seraya mendo'a: "Wahai Allah Tuhanku! Haramkanlah ubanan Malik dari neraka! Wahai Tuhanku! Sesungguhnya Engkau telah mengetahui akan penghuni sorga daripada penghuni neraka, maka yang manakah dari dua Ielaki itu Malik ini? Dan yang manakah dari dua kampung itu, kampung Malik?"
Senantiasalah demikian do'anya, sehingga terbit fajar. Berkata Malik bin Dinar: "Pada suatu malam, aku lupa dari wiridku dan aku tertidur. Tiba-tiba aku didalam tidur dengan seorang bidadari, yang paling cantik. Dan pada tangannya secarik kertas. Maka ia berkata kepadaku:
"Pandaikah tuan hamba membaca?"
Lalu aku menjawab: "Pandai!"
Maka diserahkannya kertas itu kepadaku, dimana isinya: -
"Adakah dipermain-mainkan engkau, oleh kesenangan dan angan-angan, dari gadis yang putih jelita, didalam sorga...........?
Engkau akan hidup kekal, tak mati lagi didalamnya. Engkau bermain-main didalam sorga, bersama bidadari cantik jelita.
Bangunlah dari tidurmu!
Bahwa yang lebih baik, dari tidur itu,ialah...........
bertahajjud dengan Al-Qur'an..........."
Ada yang mengatakan, bahwa ketika Masruq mengerjakan hajji, ia tidak tidur malam, selain daripada bersujud (mengerjakan shalat) saja. Diriwayatkan dari Azhar bin Mughits dan ia adalah termasuk orang-orang yang banyak menegakkan shalat, dimana ia mengatakan: "Aku bermimpi melihat seorang wanita, yang menyerupai dengan wanita-wanita dunia. Lalu aku tanyakan kepadanya: "Siapakah engkau ini?" Ia menjawab: "Haura!"
Lalu aku menyambung: "Kawinkanlah aku dengan engkau!" Maka ia menjawab: "Pinanglah aku pada tuanku dan berikanlah kepadaku emas kawinku!"
Lalu aku bertanya: "Apakah emas-kawin engkau?" Ia menjawab: "Panjangkanlah shalat tahajjud!"
Berkata Yusuf bin Mahran: "Sampai kepadaku berita, bahwa dibawah 'Arasy, ada seorang malaikat dalam bentuk seekor ayam jantan, kukunya dari intan permata dan tajinya dari jamrut hijau. Apabila telah berlalu sepertiga malam pertama, niscaya ia memukul dengan kedua sayap dan berkokok, seraya berteriak: "Bangunlah wahai orang-orang yang ingin bangun!"
Apabila telah berlalu setengah malam. maka ia memukul dengan kedua sayapnya dan berkokok, seraya berseru: "Hendaklah bangun orang-orang yang melakukan tahajjud!"
Apabila telah berlalu dua pertiga malam, maka ia memukul dengan kedua sayapnya dan berkokok, seraya berteriak: "Hendaklah bangun orang-orang yang melakukan shalat!"
Apabila telah terbit fajar, lalu ia memukul dengan kedua sayapnya dan berkokok, seraya berteriak: "Hendaklah bangun orang-orang yang lalai  !Atas tanggungan mereka sendiri, segala dosanya!"

Ada yang mengatakan, bahwa Wahb bin Munabbah Al-Yamani, tidak meletakkan lembungnya dilantai selama tigapuluh tahun. Ia mengatakan: "Aku lebih suka melihat setan dirumahku, daripada aku melihat bantal dirumahku, karena bantal itu memanggil kepada tidur". Ia mempunyai sebuah bantal dari kulit. Apabila tertidur benar, maka diletakkannya dada-nya keatas bantal itu dan digerakkannya kepalanya beberapa kali, kemudian bersiap-siap kepada shalat.

Berkata sebahagian mereka: "Aku bermimpi menjumpai Tuhan Yang Mahamulia, maka aku mendengar la berfirman: "Demi kemuliaan dan keagunganKu! Sesungguhnya Aku muliakan tempat Sulaiman At-Taimi. Karena ia mengerjakan shalat bagiKu pada pagi hari dengan wudlu' Tsya', selama empatpuluh tahun".

Dan dikatakan, bahwa aliran (madzhab) Sulaiman At-Taimi, adalah tidur itu apabila masuk kehati, niscaya membatalkan wudlu'. Dan diriwayatkan pada sebahagian kitab-kitab lama dari Allah Ta'ala, bahwa Allah berfirman: "Sesungguhnya hambaKu yang sebenar-benarnya hambaKu itu, ialah yang tiada menunggu untuk bangunnya akan kokok ayam".

PENJELASAN: sebab-sebab yang memudahkan bangun malam.
Ketahuilah bahwa bangun malam itu adalah sukar kepada manusia, kecuali orang-orang yang telah memperoleh taufiq untuk bangun, dengan syarat-syaratnya yang memudahkan baginya, dhahir dan batin. Adapun dhahir, maka yaitu empat perkara:

Pertama: bahwa tidak membanyakkan makan, lalu membanyakkan minum, maka membanyakkan tidur dan memberatkan bangun. Adalah sebahagian guru-guru, berdiri diatas meja makan pada tiap-tiap malam, seraya berkata: "Murid-murid sekalian! Janganlah kamu makan banyak, lalu kamu minum banyak, maka tertidurlah kamu banyak,lalu kamu memperoleh banyak penyesalan ketika mati!"Ini adalah pokok utama! Yaitu: meringankan perut besar dari beratnya makanan.


Kedua: bahwa tidak meletihkan dirinya disiang hari dengan pekerjaan-pe-kerjaan yang mcmayahkan segala anggota badan dan melemahkan urat-urat saraf. Karena itu pun menarik kepada tidur.

Ketiga: bahwa tidak meninggalkan tidur disiang hari. Karena tidur tengah hari itu sunat, untuk menolong bangun malam.

Keempat: bahwa tidaklah mengerjakan perbuatan yang berdosa disiang hari. Karena yang demikian itu, mengesatkan hati dan menghambat diantara hati dan sebab-sebab memperoleh rahmat.

Seorang laki-laki mengatakan kepada Al-Hasan: "Hai Abu Said! Sesungguhnya aku bermalam dengan cara yang menyehatkan aku. Aku suka bangun malam dan menyediakan kesucian (wudlu) bagiku. Maka mengapakah aku tidak terbangun?"

Menjawab Al-Hasan: "Dosamu mengikatkan kamu!" Adalah Al-Hasan r.a. apabila masuk kepasar, lalu mendengar keributan dan kesia-siaan perbuatan dan perkataan mereka. maka berkata: "Aku menyangka, bahwa malam mereka itu adaUh malam buruk, karena mereka itu tidak tidur siang hari!"

Berkata Ats-Tsuri: "Aku haramkan diriku (tidak memperoleh) bangun malam selama lima bulan, disebabkan dosa yang aku kerjakan". Orang menanyakan: "Apakah dosa itu?"
Ats-Tsuri menjawab: "Aku melihat seorang laki-laki menangis, lalu aku berkata pada diriku: "Orang ini berbuat ria!"

Berkata sebahagian mereka: "Aku berkunjung kepada Karaz bin Wabrah, dimana ia sedang menangis. Maka aku bertanya: "Apakah datang berita kematian sebahagian keluarga tuan?" Ia menjawab: "Lebih berat dari itu!"

Lalu aku bertanya: "Apakah penyakit yang menyakitkan tuan?" Ia menjawab: "Lebih berat dari itu!" Aku bertanya lagi: "Apakah kiranya?"

Beliau menjawab: "Pintuku tefkunci, tabirku terkembang dan aku tidak membaca nasibku yang lalu. Dan tidaklah yang demikian itu, selain disebabkan dosa yang telah aku perbuat". Dan ini adalah, karena kebajikan itu memanggil kepada kebajikan, kejahatan memanggil kepada kejahatan dan yang sedikit daripada masing-masing keduanya itu menghela kepada yang banyak.

Dan karena itulah, berkata Abu Sulaiman Ad-Darani: Tiada akan luput seseorang dari shalat berjama'ah, kecuali disebabkan oleh dosa". Abu Sulaiman mengatakan: "Bermimpi sampai berjunub diwaktu malam (ihtilam) adalah suatu siksaan dan junub (jinabah) itu menjauhkan dari kebajikan".

Berkata sebahagian ulama: "Apabila engkau berpuasa, wahai orang yang patut dikasihani (ya - miskin), maka perhatikanlah, pada siapa engkau berbuka dan dengan apa engkau berbuka. Karena sesungguhnya hamba itu, memakan akan sesuatu makanan, lalu terbaliklah hatinya daripada apa, yang ada dia padanya. Dan ia tidak kembali kepada keadaannya yang semula. Dosa-dosa itu semuanya mempusakai kekesatan hati dan mencegah daripada bangun malam. Lebih-lebih yang membekas dari dosa itu, ialah memakan yang haram".

Sesuap yang halal membekas pada pembersihan dan penggerakan hati kepada kebajikan, dari apa yang tidak dapat membekas oleh lainnya. Hal itu diketahui oleh orang-orang yang mengintip gerakan hati (ahlu'l-muraqabah li'l-qulub), dengan percobaan, setelah disaksikan oleh Agama kepadanya. Karena itulah berkata sebahagian mereka: "Banyaklah terjadi dari sekali makan, mencegah bangun malam.

Dan banyaklah terjadi dari sekali pandang, mencegah membaca suatu surat dari Al-Qur'an.
Dan sesungguhnya hamba itu memakan sekali makan atau berbuat suatu perbuatan, lalu diharamkan dengan sebabnya (tidak diperolehnya) bangun malam setahun. Sebagaimana shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar, maka begitu pulalah perbuatan keji itu mencegah dari shalat dan perbuatan-perbuatan kebajikan yang lain".

Berkata sebahagian pengurus penjara: "Aku adalah pengurus penjara, lebih kurang sudah tigapuluh tahun. Aku bertanya kepada tiap-tiap orang yang diambil dimalam hari, adakah ia mengerjakan shalat Isya' dengan berjama'ah. Mereka itu menjawab: 'Tidak!". Dan ini memberi tahukan kepada kita, bahwa barakah berjama'ah itu, mencegah daripada mengetjakan kekejian dan kemungkaran.

Adapun keadaan bathiniyah yang memudahkan, maka empat perkara banyaknya:

Pertama: hati itu sejahtera daripada kedengkian kepada kaum muslimin, sejahtera daripada perbuatan-perbuatan bid'ah dan daripada berlebihan kepentingan duniawi. Maka orang yang tenggelam, yang mementingkan urusan duniawi, niscaya tiadalah mudah baginya bangun malam. Kalau pun ia bangun, maka ia tidak berfikir tentang shalatnya, melainkan tentang segala kepentingannya. Dan tidaklah ia berkisar, selain pada segala gangguan duniawi. Dan dalam hal seperti itu, diucapkan sekuntum syair: "Dikatakan kepadaku oleh tukang pintu,
bahwa anda sedang tidur............
Walaupun anda sudah terbangun, tetapi masih juga sedang tidur ..........."


Kedua: ketakutan yang keras, yang membiasakan hati, serta pendek angan-angan. Karena sesungguhnya, apabila bertafakkur tentang huru-ha-ra akhirat dan penderitaan di neraka jahannam, niscaya terbanglah tidurnya dan amat sangatlah takutnya, sebagaimana kata Thaus: "Sesungguhnya mengingati neraka jahannam itu, menerbangkan (menghilangkan) tidur orang-orang 'abid". Dan sebagaimana diceriterakan, bahwa seorang budak di Basrah, bernama Shuhaib, adalah ia bangun malam seluruhnya. Lalu berkatalah wanita yang mempunyai budak itu: "Sesungguhnya engkau bangun dimalam hari, membawa melarat kepada pekerjaanmu disiang hari".
Maka menjawab budak itu: "Bahwa Shuhaib, apabila ia teringat kepada neraka, niscaya tidaklah datang tidur kepadanya".
Dan ditanyakan kepada seorang budak yang lain, dimana ia bangun seluruh malam, maka budak itu menjawab: "Apabila aku ingat kepada neraka, niscaya bersangatanlah ketakutanku. Dan apabila aku ingat kepada sorga, niscaya bersangatanlah kerinduanku, sehingga tidak sanggup aku tidur".

Bermadahlah Dzu'nnun Al-Mishri r.a.:
"Al-Qur'an dengan wa'ad dan wa'idnya, mencegah mata untuk tidur semalam-malaman. Mereka memahami dari Raja Yang Agung akan kalamNya, Lalu leher mereka merendah karena ketundukan.

Dan mereka bermadah pula:
"Wahai yang lama tidur dan lengah lalai, kebanyakan tidur mempusakai penyesalan! didalam kubur kalau engkau menempatinya nanti, adalah tempat tidur yang berkepanjangan setelah mati.
Suatu tempat yang disediakan untukmu didalamnya, disebabkan dosa atau kebajikan yang engkau kerjakan. Adakah engkau merasa aman dari serangan Malikul-maut? Banyaklah orang yang merasa aman dari serangan itu".

Bermadah Ibnul-Mubarak: -
"Apabila malam gelap-gulita diderita mereka, lalu menjadi terang dan mereka itu ruku'. Diterbangkan tidur mereka oleh ketakutan, lalu bangun, Dan orang yang merasa aman didunia ini, tidur nyenyak".

Ketiga: mengetahui keutamaan bangun malam, dengan mendengar ayat-ayat, hadits-hadits dan atsar-atsar, sehingga meneguhkan harapan dan kerinduannya kepada pahala. Lalu membangkitkan keinginan untuk mencari kelebihan dan kegemaran pada segala tingkat sorga, sebagaimana diceriterakan, bahwa sebahagian orang-orang shalih itu pulang dari peperangan. Lalu disediakan oleh isterinya tempat tidur. Dan ia duduk menunggu suaminya itu. Tetapi suaminya itu masuk kemasjid dan senantiasalah ia mengerjakan shalat sampai datang waktu Shubuh.

Maka berkatalah isterinya: "Kami menunggu kakanda begitu lama. Tatkala kakanda datang lalu mengerjakan shalat sampai pagi hari". Menjawab suaminya: "Demi Allah, sesungguhnya aku berpikir kepada Haura' dari bidadari sorga sepanjang malam, sehingga lupalah aku kepada isteri dan rumah. Lalu aku bangun mengerjakan shalat sepanjang malam-ku, karena rindu kepadanya".

Keempat: yaitu yang termulia penggerak, ialah cinta kepada Allah dan teguh iman, bahwa dengan bangunnya itu, ia tidak berkata-kata dengan suatu hurufpun, selain bermunajat dengan Tuhannya, dimana Tuhan menoleh kepadanya, serta menyaksikan apa yang terguris dihatinya. Dan segala gurisan itu daripada Allah Ta'ala, adalah ucapan daripadaNya. Apabila ia mencintai Allah Ta'ala, niscaya tidak mustahil, ia mencintai berkhilwah (bersunyi-sunyi) dengan Dia dan merasa keenakan bermunajat.

Maka dia dibawa oleh keenakan bermunajat dengan Yang Dicintai, kepada lamanya bangun malam. Dan tiada seyogialah kelazatan itu dipandang jauh dari kebenaran, sebab dapat dibuktikan oleh akal dan naqal. Adapun akal, maka hendaklah diambil ibarat dengan keadaan orang yang mencintai seseorang, disebabkan kecantikannya. Atau mencintai seorang raja, disebabkan kurnia dan harta yang dianugerahinya. Bahwa betapa enaknya dengan berkhilwah dan bermunajat dengan Dia, sehingga tidak akan tidur-tidur sepanjang malam.

Kalau anda berkata: "Bahwa yang cantik itu, dirasakan enaknya dengan memandang kepadanya, sedang Allah Ta'ala tidak dapat dilihat". Maka ketahuilah, bahwa kalaupun ada yang cantik dicintai itu dibelakang tabir atau dalam rumah yang gelap gulita, niscaya yang mencintai itu tetap merasa lazat dengan semata-mata mendampinginya, tanpa memandang dan tanpa mengharap yang lain daripadanya. Dan ia merasa nikmat dengan melahirkan kecintaannya kepadanya dan menyebutkannya dengan lidahnya sendiri, dengan didengar oleh yang dicintai itu, walaupun itu sudah diketahui juga.
Kalau anda mengatakan, bahwa yang mencintai itu menunggu penjawaban dari yang dicintai, lalu merasa lazat dengan mendengar jawabannya. Dan tidaklah dapat didengar akan kalam Allah Ta'ala.

Maka ketahuilah, bahwa yang mencintai itu tahu, bahwa Allah Ta'ala tidak menjawab dan diam daripadanya. Meskipun begitu, tetap juga baginya kelazatan dengan membentangkan segala ikhwal keadaannya kepadaNya dan menyampaikan isi hatinya. Betapa tidak! Orang yang mempunyai penuh keyakinan, mendengar daripada Allah Ta'ala, akan tiap-tiap yang datang kepada gurisan hatinya, waktu sedang bermunajat. Lalu ia merasa kelazatan dengan Dia.

Dan begitu juga orang yang berkhilwah dengan raja dan membentangkan segala hajat keperluannya ditengah malam buta, akan merasa kelazatan dengan raja itu,pada mengharap kurnianya.Dan mengharap kepada Allah Ta'ala adalah lebih benar adanya. Dan apa-apa pada sisi Allah itu, adalah lebih baik, lebih kekal dan lebih bermanfa'at daripada apa yang pada lainNya. Maka bagaimanakah tiada merasa lazat dengan membentangkan segala keperluan kepadaNya dalam khilwah yang sunyi-sepi? Adapun naqal, maka dibuktikan oleh keadaan orang-orang yang bangun malam itu sendiri, mengenai lazatnya mereka rasakan dengan bangun malam. Dan menjuruskan perhatian mereka kepadaNya semata-mata, sebagaimana orang yang mencintai itu menjuruskan perhatiannya pada malam sampainya yang dicintai. Sehingga ditanyakan kepada sebahagian mereka: "Bagaimanakah engkau dimalam itu?"
Ia menjawab: "Tiada aku menduga sekali-kali akan terjadi yang demikian itu? Ia menampakkan kepadaku akan wajahnya, kemudian ia pergi dan tidak aku melihatnya lagi sesudah itu!"

Berkata yang lain: "Aku dan malam, adalah Iaksana dua ekor kuda lomba yang berdekatan benar persamaan kelebihannya. Sekali ia mendahului aku sampai kepada fajar dan sekali ia memotong aku daripada berpikir". Ditanyakan kepada sebahagian mereka: "Bagaimanakah malam itu kepada engkau?" Maka ia menjawab:"Sesa'at aku padanya antara dua keadaan. Aku gembira dengan gelapnya apabila datang dan aku berduka-cita dengan fajarnya apabila terbit. Tiadalah sempurna kesenanganku sekali-kali dengan malam itu". Berkata Ali bin Bakkar: "Semenjak empatpuluh tahun lamanya, tiadalah sesuatu yang menyusahkan aku, selain dari terbit fajar". 


Berkata Al-Fudlail bin 'Ijadl: "Apabila terbenamlah matahari, maka aku gembira dengan gelap. Dan apabila terbitlah matahari, maka aku berdukacita, karena datangnya manusia kepadaku". 


Berkata Abu Sulaiman: "Orang yang mempunyai malam pada malamnya, adalah lebih merasa lazat dari orang yang mempunyai permainan pada permain-annya. Jikalau tidaklah karena malam, niscaya aku tidaklah menyukai tinggal didunia ini". 


Berkata pula Abu Sulaiman: "Jikalau digantikan oleh Allah kepada orang yang mempunyai malam, daripada pahala amalan mereka, akan apa yang diperolehnya daripada kesenangan, niscaya adalah yang demikian itu, lebih banyak daripada pahala amalan mereka". Berkata sebahagian ulama; "Tidak adalah dalam dunia suatu waktu, yang menyerupai keni'matan penduduk sorga, selain daripada apa yang diperoleh oleh orang-orang yang merasa senang jiwanya dengan malam, dari karena manisnya bermunajat dengan Allah Ta'ala". 


Berkata sebahagian mereka: "Kelazatan bermunajat, tidaklah dari dunia. Dia adalah dari sorga, yang didhahirkan oleh Allah Ta'ala kepada para walinya, yang tidak diperoleh orang lain".

Berkata Ibnu'l-Munkadir: "Tiadalah yang- kekal dari kelazatan dunia, selain tiga: bangun malam, bertemu teman dan shalat berjama'ah". Berkata setengah 'arifin: "Sesungguhnya Allah Ta'ala memandang pada waktu sahur, kepada hati orang-orang yang bangun, lalu diisikannya dengan nur. Maka datanglah segala faedah kepada hati mereka itu, lalu memperoleh nur. Kemudian berkembanglah nur itu dari hati mereka yang sehat, kehati orang-orang yang lalai".

Berkata sebahagian ulama terdahulu: "Sesungguhnya Allah Ta'ala mewahyukan kepada sebahagian orang-orang shiddiq: "Sesungguhnya bagiKu beberapa orang hamba daripada hambaKu, yang mencintai Aku dan Aku mencintai mereka. Mereka rindu kepadaKu dan Aku rindu kepada mereka. Mereka mengingati Aku dan Aku mengingati mereka. Mereka memandang kepadaKu dan Aku memandang kepada mereka. Kalau engkau berjalan pada jalan mereka, niscaya Aku cintai akan engkau. Dan kalau engkau berpaling dari neraka, niscaya aku kutuki akan engkau". Lalu bertanya sebahagian orang shiddiq itu: "Wahai Tuhanku! Apakah tanda mereka?"Allah Ta'ala menjawab: "Mereka itu menjaga akan bayang-bayang disiang hari, sebagaimana penggembala menjaga kambingnya. Mereka rindu kepada terbenamnya matahari, sebagaimana burung rindu kepada sarang-nya. Apabila datanglah malam dan bertambah gelapnya dan masing-masing kekasih berkhilwah dengan kekasihnya. maka mereka itu menegakkan kakinya kepadaKu (bangun berdiri mengerjakan shalat). Mereka itu membentangkan kepadaKu mukanya (dengan sujud). Mereka bermunajat dengan Aku, dengan kalamKu. Dan mereka mengharapkan benar kepadaKu dengan penganugerahan ni'matKu. Maka diantara yang memekik dan menangis, diantara yang menyebutkan aduh dan mengadu, dengan MataKu. apa yang dideritai mereka lantaranKu dan dengan pendengaranKu, apa yang dikadukan mereka dari kecintaanKu. Yang pertama dari apa yang Aku anugerahkan kepada mereka, ialah Aku lemparkan dari nurKu dalam hati mereka. Lalu mereka ceriterakan tentang Aku sebagaimana Aku menceriterakan tentang mereka. Yang kedua, kalau adalah tujuh petala langit dan tujuh petala bumi serta isi keduanya dalam neraca mereka, niscaya Aku asingkannya untuk mereka. Yang ketiga, Aku hadapkan wajahKu kepada mereka. Adakah engkau melihat orang yang Aku hadapkan wajahKu kepadanya? Adakah diketahui oleh seseorang apa yang Aku kehendaki menganugerahinya?" Berkata Malik bin Dinar r.a.: "Apabila bangunlah hamba bertahajjud dimalam hari, niscaya dekatlah kepadanya Yang Mahaperkasa 'Azza wa Jalla. Mereka melihat apa yang diperolehnya dari kehalusan dan kemanisan dalam hati mereka dan nur dari mendekatinya Tuhan yang Mahatinggi kepada hati".
Pahamilah ini! Ia mempunyai rahasia dan pembuktian yang akan datang nanti penunjukan kepadanya pada Kitab Kecintaan (Kitab Al-maha'bbah).

Dan pada hadits (hadits qudsi), daripada Allah 'Azza wa Jalla: "Hai hambaKu! Akulah Allah yang Aku dekati pada hatimu dan dengan secara ghaib, engkau melihat NurKu".

Sebahagian murid mengadu kepada gurunya, tentang lamanya tidak tidur malam dan mencari helah, yang menarik kepada tidur. Maka menjawab gurunya: "Hai anakku! Sesungguhnya Allah mempunyai anugerah-anugerah pada waktu malam dan siang, yang akan membetulkan hati yang jaga dan menyalahkan hati yang tidur. Maka datangilah untuk anugerah-anugerah itu!"

Maka murid itu menjawab: "Wahai penghuluku! Biarkanlah aku, tidak tidur malam dan siang!
Ketahuilah, bahwa anugerah-anugerah itu diwaktu malam, adalah lebihmemberi harapan, untuk apa pada bangun malam itu, yang merupakan kebersihan hati dan tertolak segala gangguan. Pada hadits shahih, dari Jabir bin Abdullah, dari Rasulu'llahصلى الله عليه وسلم., dimana beliau bersabda:
 إن من الليل ساعة لا يوافقها عبد مسلم يسأل الله تعالى خيرا إلا أعطاه إياه
(Inna minal-laili saa'atan la yuwaafiquhaa 'abdun muslimun yas-alullaaha ta'aalaa khairan, illaa a'thaahu iyyaah).Artinya"Bahwa dimalam hari itu ada suatu sa'at, dimana berkebetulan seorang hamba muslim bermohon pada Allah Ta'ala kebajikan, niscaya diberikanNya kepadanya". (1).

Pada lain riwayat, tersebut: "ia meminta pada Allah Ta'ala kebajikan, dari urusan dunia dan akhirat, niscaya diberikanNya kepadanya". Dan demikian itu, adalah tiap-tiap malam".
Dan yang dicari oleh orang-orang yang bangun malam itu, ialah sa'at tersebut. Dan sa'at itu, tidak jelas waktunya dalam keseluruhan malam, seperti malam Lailatu'lqadar dalam bulan Ramadhan. Dan seperti sa'at dihari Jum'at, yaitu sa'at penganugerahan yang tersebut tadi. Wa'llahu a'lam! Hanya Allah yang maha mengetahuinya!

PENJELASAN: cara pembahagian segala bahagian malam.
Ketahuilah, bahwa menghidupkan malam, dari segi tingkatannya adalah tujuh tingkat:


Pertama: menghidupkan seluruh malam. Dan ini adalah keadaan orang-orang yang kuat (al-aqwiya'), yang bertujuan semata-mata beribadah kepada Allah Ta'ala. Dan merasa lazat bermunajat dengan Allah. Dan yang demikian itu menjadi makanannya dan kehidupan hatinya. Mereka tiada merasa letih dengan lamanya berdiri dan mereka mengembalikan tidur kepada siang hari, diwaktu kesibukan manusia. Dan adalah yang demikian itu, cara segolongan dari orang-orang terdahulu (salaf), dimana mereka itu mengerjakan shalat Shubuh dengan wudlu' 'Isya'. Diceriterakan oleh Abu Thalib Al-Makki, bahwa yang demikian itu, diceriterakan secara mutawatir dan terkenal dari empatpuluh orang tabi'in. Dan ada diantara mereka itu, yang telah membiasakan demikian, selama empatpuluh tahun. Berkata Abu Thalib, bahwa diantara mereka itu, ialah Sa'id bin Al-Musayyab dari Madinah, Shafan bin Salim dari Madinah, Fu-dlail bin 'Iyadl dari Mekkah, Wahib bin Al-Ward dari Mekkah, Thaus dari Yaman, Wahab bin Munabbah dari Yaman, Ar-Rabi'bin Khaitsam dari Kufah, Al-Hakam dari Kufah, Abu Sulaiman Ad-Darani dari negeri

1. Dirawikan Muslim dari Jabir bin Abdullah.

Syam, Ali bin Bakar dari negeri Syam, Abu Abdillah Al-Khawwash dari Al-Abbadi, Abu 'Ashim dari Al-Abbadi, Habib Abu Muhammad dari Parsi, Abu Jar As-Salmani dari Parsi, Malik bin Dinar, dari Basrah, Sulaiman At-Taimi, dari Basrah, Yazid Ar-Raqqasyi dari Basrah, Habib bin Abi Tsabit dari Basrah, Yahya Al-Bakka' dari Basrah dan Kahmas bin Al-Manhal, dimana ia mengkhatamkan Al-Qur'an dalam sebulan sembi-lanpuluh kali khatam. Dan apa yang tidak dipahaminya, diulanginya dan dibacanya sekali lagi. Juga dari penduduk Madinah, Abu Hazim dan Muhammad bin Al-Munkadir dalam golongan yang banyak bilangannya. 


Tingkat kedua: bangun setengah malam. Dan ini tidak terhingga jumlahnya, yang rajin melaksanakannya dari orang-orang salaf. Dan cara yang terbaik mengenai ini, ialah tidur pada bahagian sepertiga pertama dari malam dan perenam terakhir dari pada malam. Sehingga jatuh bangunnya itu ditengah-malam dan pertengahan malam. Dan itu, adalah lebih utama. 


Tingkat Ketiga: bangun sepertiga malam, Maka seyogialah tidur pada setengah malam pertama dan perenam yang terakhir. Kesimpulan nya: tidur pada akhir malam itu, amat disukai (disunatkan), karena menghilangkan ngantuk pada pagi hari. Mereka itu tidak menyukai yang demikian dan menyedikitkan kuning muka serta kemasyhuran. Kalau bangun bahagian terbanyak dari malam dan tidur pada waktu sahur, niscaya sedikitlah kuning muka dan sedikitlah ngantuk


Berkata 'A'isyah r.a.: "Adalah Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم, apabila mengerjakan witir pada akhir malam, lalu apabila ia memerlukan kepada keluarganya, niscaya ia mendekati mereka. Dan kalau tidak, maka ia berbaring pada tempat shalatnya (mushallanya), sehingga datang kepadanya Bilal. Lalu disuruhnya adzan untuk shalat".

Berkata 'A'isyah r.a. pula: "Tiada aku jumpai Rasulu'llah sesudah waktu sahur, melainkan tidur". Sehingga berkata sebahagian salaf, bahwa tidur ini sebelum Shubuh, adalah sunat. Diantara salaf yang mengatakan itu, ialah Abu Hurairah r.a. Dan tidur waktu ini, menjadi sebab bagi terbuka kasyaf (al-mukasyafah) dan musyahadah dari balik hijab yang ghaib. Dan itu, adalah bagi orang-orang yang mempunyai mata hati (arbabi'l-qulub). Dan padanya terdapat istirahat, yang menolong kepada Wirid Pertama dari wirid-wirid siang. Dan kepada bangun pertiga malam dari nishfu-a-khir (setengah yang penghabisan dari malam).Dan tidur bahagian perenam yang akhir dari malam, adalah waktu bangun bagi Nabi Daud a.s.


Tingkat Keempat: ialah bangun seperenam atau seperlima dari malam. Dan yang lebih utama, bahwa bangun itu adalah pada pertengahan yang penghabisan (nishfu akhir) dan sebelum perenam yang penghabisan daripada malam.

Tingkat Kelima: bahwa tidak diperhatikan akan taqdir (apa yang terjadi dalam perkembangan alam). Yang demikian itu, hanya mudah bagi Nabi yang memperoleh wahyu.

Atau bagi orang yang mengetahui tempat-tempat kedudukan bulan dan diwakilkannya untuk itu orang yang akan mengintip, yang memperhatikannya dan yang akan membangunkan dia. Kemudian. kadang-kadang ia bimbang pada malam-rnalam musim kabut. Tetapi ia bangun dari permulaan malam, sampai kepada sudah mengantuk sekali.


Apabila sudab terbangun, lalu bangunlah mengerjakan shalat dan apabila sudah mengantuk pula, lalu tidur kembali. Maka dalam semalam, adalah dua kali tidur dan dua kali bangun. Dan itu adalah dari penanggungan dimalam hari dan amalan yang terberat dan lebih utama. Dan ini adalah dari budi pekerti Rasulu'llah[1]صلى الله عليه وسلمdan jalan yang ditempuh oleh Ibnu 'Umar, para shahabat yang bercita tinggi dan segolongan dari tabi'in. Direlai oleh Allah kiranya amal perbuatan mereka itu semuanya!

Adalah sebahagian salaf berkata: itu adalah permulaan  tidur! Apabila aku terbangun. kemudian aku kembali kepada tidur, maka tidaklah ditidurkan oleh Allah mataku".
Adapun bangunnya Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم. tentang kadarnya, maka tidaklah diatas suatu susunan. Tetapi kadang-kadang beliau bangun setengah malam atau dua pertiga malam atau sepertiga atau seperenam malam, dimana yang demikian itu berlain-lainan mengenai malam-maiamnya. Dibuktikan kepada itu oleh firman Allah Ta'aia pada dua tempat dari surat Al-MuzzammiL
 إِنَّ رَبَّكَ يَعْلَمُ أَنَّكَ تَقُومُ أَدْنَى مِنْ ثُلُثَيِ اللَّيْلِ وَنِصْفَهُ وَثُلُثَهُ
(Inna rabbika ya'Iamu annaka taquumu adnaamin tsulutsiallaili wanis fahti wa tsuiuisahu).
Artinya: "Sesungguhnya Tuhan engkau itu mengetahui. bahwa engkau bangun (mengerjakan shalat) kurang dari dua pertiga malam, ada juga seperdua malam dan sepertiga nya" - ayat 20 dari 3. Al-Muzzammil. Maka kurang dari dua pertiga malam adalah seakan-akan seperdua (1/2) malam tambah (--) seperduabelas (1/12) malam. (Hitungannya yaitu: dua pertiga malam adalah - 8/12 malam dan1/2 malam + 1/12 malam - 7/12 malam. Jadi kurang 1/12 malam. Pent).

Kalau firmanNya: wa nishfahu wa tsulutsahu dibaris-bawahkan, yaitu. dibaca wa nishnhi wa tsulusihi niscaya menjadi setengah dari dua-pertiga dan sepertiganya: Maka mendekati dari sepertiga dan seperempat. Dan kalau dibaris-ataskan, niscaya menjadi: setengah malam (yaitu, dibaca: nishfahu wa tsulutsahu).


1. Dirawikan Abu Dawud dan At-Tirmiazi dari Ummi Salmah.
2.Dirawikan Bukhari dan Muslim dari Aisyah


Berkata A.isyah r.a.: "Adalah Nabi صلى الله عليه وسلم. bangun apabila ia mendengar kokok ayam". (1).

Dan ini adalah pada waktu seperenam malam atau lebih kurang lagi. Dan diriwayatkan oleh bukan seorang, yang mengatakan: "Bahwa aku memperhatikan shalat Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم. dalam perjalanan diwaktu malam hari. Maka adalah ia tidur sebentar sesudah 'Isya, kemudian ia bangun. Lalu dilihatnya ketepi langit, seraya membaca:ربنا ما خلقت هذا باطلا  (Rabbanaa maa khalaqta haadzaa baathilaa.......(2).sampai kepada: إنك لا تخلف الميعاد  (Inaaka laa tukhlifu'l-mii'ad) (3). - S. Ali 'Imran, ayat 191-192-193 dan 194.

Kemudian, diambilnya pelan-pelan dari tempat tidurnya alat penggosok gigi, lalu beliau bersugi dan mengambil wudlu', serta mengerjakan shalat. Sehingga aku berkata: "Beliau mengerjakan shalat seperti lamanya beliau tidur". Kemudian beliau berbaring, sehingga aku mengatakan: "Beliau tidur, seperti lamanya beliau mengerjakan shalat. Kemudian beliau bangun, lalu membaca apa yang dibacanya pertama kali dan berbuat apa yang diperbuatnya pertama kali dahulu".

Tingkat Keenam: yaitu yang paling sedikit, dimana ia bangun mengerjakan shalat sekedar empat raka'at atau dua raka'at. Atau sukar ia bersuci, maka lalu ia duduk menghadap qiblat, barang sesa'at, berdzikir dan mendo'a.

Maka amalan yang tersebut, ditulis dalam jumlah bangun mengerjakan shalat dimalam hari, dengan rahmat dan kurnia Allah. Dan telah datang pada suatu hadits: "Bershalatlah dimalam hari walaupun sekedar waktu memerah susu kambing". (4).

Inilah cara-cara pembahagian waktu! Maka hendaklah seorang murid memilih untuk dirinya apa yang dipandangnya lebih mudah. Dan dimana sulit baginya bangun pada tengah malam, maka tiada wajarlah ia mele-ngahkan menghidupkannya diantara waktu Magrib dan 'Isya' dan wirid yang ada sesudah shalat Tsya'. Kemudian bangunlah sebelum waktu Shubuh, yaitu: waktu sahur. Sehingga tidak datang kepadanya waktu

1. Dirawikan Al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah.

2. "Wahai Tuhan kami! Tidaklah Engkau jadikan ini sia-sia".
**sebagai tambahan  sekadar memudahkan bacaan Ayat Penuh Dari Surah Ali Imran 190 hingga 194*

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لأولِي الألْبَابِ
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka
رَبَّنَا إِنَّكَ مَنْ تُدْخِلِ النَّارَ فَقَدْ أَخْزَيْتَهُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ
Ya Tuhan kami, sesungguhnya barang siapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang lalim seorang penolongpun
رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِي لِلإيمَانِ أَنْ آمِنُوا بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الأبْرَارِ
Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhan-mu", maka kami pun beriman. Ya Tuhan kami ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti
رَبَّنَا وَآتِنَا مَا وَعَدْتَنَا عَلَى رُسُلِكَ وَلا تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّكَ لا تُخْلِفُ الْمِيعَادَ
Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji." 

3. Artinya: "Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji"
4. Dirawikan Abu Yu'la dari Ibnu Abbas, hadits marfu!

Shubuh, dimana ia sedang tidur. Dan bangunlah pada dua tepi malam. Dan inilah: Tingkat Ketujuh.

Manakala pandangan itu tertuju kepada kadar waktu, maka susunan dari segala tingkat tadi, adalah menurut panjang dan pendeknya waktu. Adapun pada tingkat kelima dan ketujuh, tidaklah dipandang padanya kepada kadar waktunya. Maka tidaklah berlaku urusan keduanya mengenai terdahulu dan terkemudian, menurut susunan yang tersebut diatas. Karena tingkat ketujuh, tidaklah selain apa yang kami sebutkan pada tingkat ke-enam. Dan tidaklah tingkat kelima selain apa yang kami sebutkan pada tingkat ke-empat.

PENJELASAN: tentang malam-malam dan hari-hari yang utama.

Ketahuilah kiranya, bahwa malam-malam yang dikhususkan dengan lebih keutamaannya, yang dikuatkan padanya sunat dihidupkan dengan amalan, dalam setahun, adalah lima belas malam,dimana tidak wajarlah bagi murid itu meialaikannya. Karena malam-malam tersebut adalah musim kebajikan dan tempat-tempat yang memberatkan dugaan bahwa perniagaan disitu akan beruntung.

Manakala seorang saudagar melengahkan akan musim-musim itu, niscaya ia tidak akan berlaba. Dan manakala seorang murid melengahkan akan waktu-waktu yang utama, niscaya ia tidak akan memperoleh kemenangan. Maka enam dari malam-malam tadi, ialah dalam bulan Ramadlan: lima pada malam-malam yang ganjil dari sepuluh yang akhir. Karena padanya dicari Lailatul-qadar. Dan satu malam lagi, malam tujuh belas Ramadlan. Yaitu: malam, yang pada paginya Hari Al-Furqan (hari yang memisahkan antara yang hak dan yang batil), hari bertemu dua golongan, dimana terjadi peperangan Badr pada hari itu. Dan berkata  Ibnu'z-Zubair: "Dan itu adalah malam Lailatul-qadar".

Adapun sembilan malam lagi, maka yaitu: malam pertama dari bulan Muharram, malam 'asyura', malam pertama dari bulan Rajab, malam nishfu (malam lima belas) dari bulan Rajab dan malam dua puluh tujuh Rajab, yaitu: malam Mi'raj. Dan pada malam duapuluh tujuh Rajab itu, ada shalat yang dinukilkan. Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم "Bagi orang yang berbuat amalan pada malam ini, memperoleh kebaikan seratus tahun". Maka barangsiapa mengerjakan shalat pada malam ini duabelas raka'at dimana ia membaca pada tiap raka'atnya surat Al-Fatihah dan satu surat dari Al-Qur'an, membaca tasyahhud pada tiap-tiap dua raka'at dan memberi salam pada akhirnya. Kemudian membaca: "Subhaanallah wa'l-hamduli'llaah wa laa ilaaha i'lla'liaah. wa'llaahu akbar" - seratus kali. Kemudian membaca istighfar seratus kali, membaca selawat kepada Nabi صلى الله عليه وسلم  seratus kali, berdo'a untuk dirinya, dengan apa yang dikehendak-inya tentang urusan dunia dan akhiratnya dan pada paginya ia berpuasa.

Maka sesungguhnya Allah mengabulkan do'anya seluruhnya, kecuali ia mendo'a mengenai kema'siatan" (1).

Dan diantara malam yang sembilan tadi, yaitu: malam pertengahan Sya'ban (malam nishfu Sya'ban). Pada malam ini, bershalat seratus raka'at, dimana ia mcmbaca pada tiap-tiap raka'at sesudah surat Al-Fatihah, akan surat Al-Ikhlash (surat Qul hua'Haau ahad) sepuluh kali. Mereka tidak pernah meninggalkannya, sebagaimana telah kami bentangkan dahulu pada Shalat Sunat.

Dan diantara malam yang sembilan tadi juga, ialah: malam 'Arafah dan dua malam dua hari raya (malam hari raya puasa dan malam hari raya hajji). Bersabda Nabiصلى الله عليه وسلم.: "Barangsiapa menghidupkan dua malam dua hari raya, niscaya tidak mati hatinya pada hari mati segala hati". (2). Adapun hari-hari yang utama, maka adalah: sembilan belas, yang disunatkan sambung-menyambung wirid padanya, yaitu: hari 'Arafah, hari 'Asyura', hari duapuluh tujuh Rajab, yang mempunyai kemuliaan yang agung. Diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwa Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم.bersabda: "Barangsiapa berpuasa pada hari duapuluh tujuh Rajab, niscaya dituliskan baginya puasa enampuluh bulan". (3).

Yaitu: hari yang diturunkan oleh Allah padanya Jibril a.s. kepada Muhammad صلى الله عليه وسلم. untuk menyampaikan risalah (berita kerasulan Nabi صلى الله عليه وسلم.). Diantara hari yang sembilan belas itu, ialah: hari tujuh belas Ramadlan, yaitu: hari peristiwa perang Badar, hari Nishfu Sya'ban, hari Jum'at dan dua hari raya. Dan hari-hari yang dimaklumi, yaitu: sepuluh dari bulan Zulhijjah (sesudah dikurangi dengan hari 'Arafah dan hari hajji, maka tinggal delapan hari lagi - Pent). Dan diantara hari yang sembilan belas itu lagi, ialah: hari-hari yang terbilang, yaitu: hari-hari tasyriq (hari 11-12-13 dari bulan Zulhijjah).

Diriwayatkan oleh Anas dari Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم. bahwa beliau bersabda: "Apabila selamatlah bulan Ramadlan, niscaya selamatlah tahun itu". Berkata sebahagian ulama: "Barangsiapa mengerjakan pekerjaan pada lima hari didunia, niscaya tidak memperoleh pekerjaan diakhirat". Yang dimaksudkan dengan hari-hari itu, ialah dua hari raya, hari Jum'at, hari 'Arafah dan hari 'Asyura'.Dan dari hari-hari yang utama dalam seminggu, ialah: hari Khamis dan hari Senin, dimana pada kedua hari itu, diangkatkan segala amal-perbuat-an kepada Allah Ta'ala. Dan telah kami sebutkan dahulu bulan-bulan dan hari-hari yang utama untuk berpuasa pada Kitab Puasa. Maka tidaklah perlu lagi diulangi.
Wa'llahu A'lam! Allah yang Mahamengetahui! Diberi rahmat kiranya oleh Allah kepada tiap-tiap hamba yang pilihan dari seluruh alam!

1. Dirawikan Abu Abdillah dari Anas, hadits marfu!
2. Dirawikan Ibnu Majah dengan isnad dla'if, dari Abu Amamah.
3. Dirawikan Abu Musa Al-Madini dari Abu Hurairah.


Telah sempurna kiranya Rubu' Pertama dari "Kitab Ihya' Ulumi'-ddin" dan diiringi oleh 'Rubu' Kedua".
"Sesungguhnya hal yang demikian itu menjadi pengajaran bagi siapa yang mempunyai hati (pengertian"). - S. Qaf, ayat 37.

Post a Comment

0Comments
Post a Comment (0)